Wednesday 8 February 2012

Pre-Wedding Syndrome

I think everyone should feel this syndrome. It called Pre Wedding Syndrome (PWS). A syndrome when a couple want to prepare their details for wed day. I have some best friends are waiting for their wed day. It shall happen on this year and on the early 2013. (See??? masih tahun depan nikahnya, tapi PWS nya udah dari sekarang). Before you are at the position, you will say just let it flow. But when the time is nearer, your mind will think here and think there and many questions will seem without u want to. It will be perfect? It will be last forever? I can't answer all that questions because I'm not at the situation yet.Hhe

Dan Kemarin saya mendapati kasus seperti ini lagi. Kemarin siang saya bertemu dengan teman (laki2) yang beberapa bulan kedepan akan menikah. Pertemuan tersebut bukan tidak disengaja, kami memang sengaja bertemu untuk bisnis. Saya didaulat jadi His Wedding Finance Consultant (bahasa gaulnya: tukang ngitung anggaran biaya nikahan).

Tugas saya sebenarnya hanya sebagai perencana biaya dan PO acara, tapi entah kenapa hari itu saya dapat peran ganda sebagai psikolog.

Teman Saya (TS): "Nikah itu gimana sih Ndu?"

Saya (S): "Lha lo jangan tanya gw, gw belum nikah cuun!"

TS: "Kok gw jadi takut ya?"

S: "Jyaah kena pre-wedding syndrome lo!"

TS: "Maksudnya?"

S: "Rata-rata orang yang mau nikah bakal ngehadapin kasus kayak lo gini, ada yang takut nantinya ngecewain pasangan, ada yang takut kebebasannya terenggut, ada juga yang mendadak gak yakin kalau orang yang bakal di nikahinnya itu jodohnya!"

TS: "Lha itu lo kok tau?"

S: "Pengamatan pribadi aja, liat kasus orang2. Udah lo banyakin istikharah sama hajat aja lah!"

TS: "Gw takut sumpah, takut setelah nikah semuanya hambar!"

S: "Hambar gimana?"

TS: "Ya takut setelah nikah garing aja gitu hubungan gw sama dia, basi. Bayangin setiap hari ketemu, tidur di kamar yang sama."

S: "Terus kenapa lo mau nikahin dia?"

TS: "Biar gw punya anak, ada yang lanjutin bisnis gw ntar!"

S: "Jadi orientasi nikah lo cuma biar punya anak?"

TS: "Mungkin"

S: "Ah elah kalau cuma buat punya anak, ngapain nikah? tanpa nikah di KUA juga lo bisa bikin anak!"

*keplak* asli saya di keplak beneran pake botol minuman. -__-"

TS: "Istigfar oi, lo ngomong geblek amat sih!"

S: "Hey I'm serious, if you marry her just for have a kid. That's too fool!" *yang mau protes silahkan*

Serius, buat yang pada mau nikah dan berpikir nikah cuma buat anak. Mending gak usah nikah ke KUA deh. Kenapa saya bilang gini? Ya sekedar mengingatkan aja, apa jadinya setelah nikah terus *amit-amit* Tuhan tidak mempercayakan kalian punya anak. Mau cerai gitu???

Menurut saya pribadi, nikah itu komitmen terbesar dalam hidup seseorang. Bayangkan setelah nikah, kita akan hidup sama orang yang itu-itu lagi (baca; suami/ istri kita nantinya), kalau bawaannya lagi bete dengan pasangan, gak bisa semena-mena kunciin rumah terus pura-pura tidur sehingga dia harus tidur di luar, gak bisa nendang pasangan dari atas kasur karena pasangan gak inget hari ultah kita, gak bisa semena-mena ngarungin mukanya karena lagi males ngeliat.

Belum lagi gak bisa sesuka hati belanja untuk hobby pribadi, yang suka buku gak bisa seenak jidat borong buku pas ada bazaar, yang suka gadget mesti pikir2 dulu kalau ada gadget keluaran terbaru, yang suka fotografi mesti tahan diri buat gak beli lensa dan kamera baru, yang suka modif kendaraan juga mesti puasa gak beli velg atau sparepart racing. Semua pengeluaran harus dipikirkan baik-baik, dan yang lebih harus dipikirkan lagi adalah bagaimana caranya ada pemasukan tambahan. Kalau gak pinter manage uang, yassalam aja itu kalau udah punya anak.hhehe

Itu baru dari masalah materi ya. Belum termasuk kebiasaan-kebiasaan lainnya yang mungkin harus dihadapi, kayak mendengkur (bahasa gahulnya: ngorok), ngerokok, tukang ngupil, gak suka masakan pedes sedangkan kitanya kalau masak chilli addict, waktu nongkrong yang berkurang, gak diizinin kerja sama suami, dan lain-lain lagi.

Nikah, khususnya di Indonesia, is about marrying two family (grammar saya bener gak nih?). Ho-oh, nikah itu bukan cuma kita sama pasangan, tapi sama keluarga juga. Kadang masalah suku bangsa aja bisa jadi masalah dalam sebuah pernikahan. Padahal kan Indonesia itu banyak suku, bisa merdeka karena semua suku bersatu, tapi masih aja ada yang merasa better-an suku sendiri. Ooh apa kabar itu Bhineka Tunggal Ika?

Naah itu baru sedikit aneka toleransi dari komitmen sebuah pernikahan, masih banyak yang lainnya. (Saya kok jadi nakut-nakutin ya?whakakaka peace aah)

Balik lagi ke judul postingan. Menurut saya pribadi, PWS itu wajar. Karena biar bagaimanapun gak ada yang mau gagal dalam pernikahan, dan wajar juga ada yang takut, secara orang yang akan menikah itu kan akan menyerahkan sisa hidupnya buat dilalui bareng-bareng udah gak bisa tuh egois-egoisan.

Jadi kalau belum siap dengan keadaan-keadaan diatas ya disiapin mentalnya, diyakinkan hati bahwa orang yang dipilih adalah orang yang akan menemani hari-hari selanjutnya sepanjang sisa hidup. Gak usahlah muluk-muluk harus orang yang sempurna untuk mengisi sisa hidup ini, karena Insyallah gak akan nemu orang yang so perfect, pasti ada cacadnya. Gak usah juga ngeyel pengen nyamain atau ngubah telak kebiasaan pasangan. Kalau kita mau sama orang itu terimalah lebih dan kurangnya. (Aishhh sok nasehatin ni, padahal mah saya juga masih harus dinasehatin.whakaka)

Udahan ah, lama-lama saya dinyinyirin orang2 yang baca post saya ini, padahal nikah juga belum udah ngeguruin orang yang belom nikah.whakaka Well, siapapun yang bentar lagi mau nikah, ayo dikuatkan hatinya, disiapin mentalnya, banyakin doa sama Tuhan YME yah. Tuhan tahu apa yang kalian inginkan dan kalian butuhkan. cemunguuutthhh :D

-sekian-


Eeh eeh PS, barusan temen saya sms:
"stelah gua pkir2, iyah bener gua g boleh nikah hanya karena pengen punya anak. I'll have one good reason now. Gua pengen nikah sama dia karena She is the only  women who i wanna marry with."

Yaah better lah alasannya kali ini. hhaha

4 comments:

  1. Nice... Menikah di Indonesia memang bukan perkara yang gampang... apalagi perceraian sekarang bukan lagi komoditi selebritis...
    #BGM: For the Rest of My Life by Maher Zain

    ReplyDelete
  2. Yep. Menikah itu sebetulnya butuh kemapanan lahir dan batin dan niat yang kuat. Kalau pribadinya masih goyah, bisa berujung cerai. Atau paling kacau nikah cuma dijadiin status doang, tanpa ada tanggung jawab apa2.hhu

    ReplyDelete
  3. Ndu.. ntar kalo gw mau nikah, lo gw rekrut jd Penasehat Keuangan dan Psikologi gw yak! I think I need you. Hihihi...

    Btw, menikah utk punya anak adalah alasan paling bodoh yg pernah gw denger. Mungkin temen lo terlalu bingung utk jawab seluruh hal yg dirasakannya, jadi yg keluar alasannya cuma itu aja kali ya #mencobaberpikirpostif

    ReplyDelete
  4. Boleh-boleh... berarti honor gw double yak.hhahaha

    Iya sih mungkin dia saking bingung dan panik mau nikah kali ya. Jadi mikir, masih ada lagi gak ya orang yang mikir gitu?bwahahaha ^^v peace

    ReplyDelete