Tuesday 29 October 2013

Resensi: Udah Putusin Aja

Judul: Udah Putusin Aja!
Penulis: Felix Y. Siauw
Visual: Emeralda Noor Achni
Penerbit: Mizania
Tahun Terbit: 2013

Buat yang lagi pacaran, agak rese emang ini judulnya. Tapi you should read this book! (terutama temen-temen yang muslim), karena isinya bikin mikir banget deh.

Buku ini udah terbit dari awal tahun kalau gak salah, yang jelas pas awal saya freelance di MDP buku ini udah ada dan udah booming. Tapi saya baru beli sekitar dua bulan lalu lewat mizanstore online (nyari diskonan :p).

So, how about this book? saya mau kasih comment sedikit ya...

Judul dan cover: 8.5 point. 
Judulnya provocative banget dan warnanya duuhh bikin mata silau dengan shocking pink-nya. mau gak mau orang pasti ngelirik dan cek ini buku apa sih. Tinggal pemilihan font aja kok yang dirasa masih agak kurang pas.

Content dan ilustrasi: 9 point.
Kalau yang pernah pacaran, ttm-an, dan nakal-nakalan pasti ngerasa kesentil banget sama buku ini. Isi buku ini gak maen-maen nyindir dan namparnya, bener-bener bikin mikir, do i did something good or bad? Ya kecuali yang baca udah bebel dan ngerasa gak pernah bikin salah sih. Ilustrasinya juga ngocol.hhehe

Bahasa: 8.5 point.
Meski gak kaku-kaku banget, penulisan dan bahasa yang digunain oke juga. Hadist disertain dengan artinya, jadi yang gak paham bahasa Arab bisa ngerti lah.. easy reading.

Pointnya bagus mulum, terus kurangnya apaa??

Beberapa bab awal seluruhnya berisikan halaman pink, yang isinya peringatan buat kaum hawa atas bahaya pacaran. Buat kaum adam saat membaca bab awal tersebut mungkin berasa gak nyaman. Entah karena memang kata-kata yang terlalu tajam menusuk, atau karena terlalu menuduh semua pria itu jahat, atau karena awalan yang menguatkan kesan buku ini cuma untuk pembaca perempuan.

Namun, itu juga bisa dipandang sebagai sisi positif dari buku ini. Bahaya pacaran memang lebih banyak merugikan wanita. Oleh karena itu, semenjak awal buku, Udah Putusin Aja! memberikan peringatan dini dan langsung, secara tegas, tentang bahaya tersebut. Baru kemudian ia menuntun pria yang mengaku lelaki untuk bersikap jantan menghadapi orang tua dari pasangannya, bukan malah menariknya ke dalam jurang ilusi bernama pacaran. 

Dari sini memang terasa bahwa sasaran buku ini sebenarnya adalah muda-mudi.

Naahh that's all... selesai resensi buku kali ini. singkat aja laah.
pesan akhir post kali ini: BACA DEH NI BUKU!!! hhahahah
 

Sunday 13 October 2013

MICE??? Tikus???
Nooo...

MICE itu singkatan dari Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition. Beberapa orang mengartikan E nya adalah Event. gak salah juga kok.

Ya terus MICE Itu apaan sih???
Di dunia Industri MICE lebih dikenal dengan istilah Meeting Industry atau Event Business, dan ini adalah Industri yang berkembang pesat di dunia internasional begitu juga di Indonesia. Bisnis di dunia MICE itu bersifat multiplier effect, dinegara-negara maju industri ini dijadiin tulang punggung negara. Kenapa bisa gitu??

Okay, saya coba jelasin secara sederhana. Industri MICE bersifat mendatangkan orang2 asing ke suatu lokasi (destinasi), orang asing yang dimaksud adalah orang2 yang bukan penduduk setempat. Bisa itu orang2 dari kota sebelah, provinsi sebrang, pulau sebrang, dan (terutama) Warga Negara Asing.

Pelaksanaan kegiatan MICE itu melibatkan dua golongan global yaitu panitia dan peserta. Yang dimaksud panitia, ya orang-orang yang berkecimpung ngurusin segala macam kebutuhan kegiatan MICE (Bisa itu Meeting, Incentive Travel, atau Pameran-pameran). Yang dimaksud dengan peserta? ya you-know-lah... peserta simplenya adalah orang-orang yang ikut kegiatan MICE tersebut untuk tujuan tertentu.

Kalau kegiatan MICE ini dianalogikan sebagai Universitas, maka yang dimaksud dengan panitia adalah Staff TU, akademik dan kawan-kawan, peserta adalah murid-murid, dan destinasi adalah Nama Universitas itu sendiri. Suatu universitas bisa diisi oleh murid-murid dari beragam suku, lokasi, gender, dll. Tapi si murid-murid ini tujuannya adalah belajar. Naah staff TU dkk ini yang bagian ngatur2 kelas ini belajar apa, gurunya siapa, kelasnya dimana, biaya berapa.

Nah, kalau mau universitasnya itu dikenal bagus, tentunya harus punya kurikulum yang menarik yang gak bikin bosen, yang pengajarnya bagus, lulusan yang kompeten, yang fasilitasnya cihuy, biaya terjangkau, dll. Begitupun dalam Industri MICE. Kalau Destinasinya OK, fasilitasnya lengkap, orangnya ramah2 dan berwawasan, maka orang-orang gak ragu untuk datang, dan menjadikan lokasi tersebut sebagai tujuan kegiatan mereka selanjutnya.

Semakin banyak orang yang datang, maka akan semakin banyak membuka peluang kerja juga toh? sama kaya universitas, yang disekitarnya banyak tempat usaha juga mulai dari makanan, kost2an, fotokopi, baju, sampe dvd2 bajakan dan narkoba pun ada. terbuktikan kalau memang multiplier effect.

Dan setiap destinasi juga punya produk unggulan dari unsur MICE tersebut, sama kayak universitas yang masing-masing pasti punya program unggulan.

Kalau destinasinya sudah dikenal oleh orang-orang, pastilah kita gak perlu ngabisin anggaran negara buat promo ke luar negeri presentasiin dimana itu INDONESIA. Justru orang2 akan antri untuk tau dimana Indonesia, datang, dan mengagumi.

Tinggal kita yang pintar-pintar memilah mana pendatang yang menguntungkan mana yang merugikan. Disinilah tugas dan tantangan saya sebagai alumni MICE. Dan saya tau ini bukan perkara mudah, dengan kondisi birokrasi pemerintahan yang masih bau kaki, dan bau keti, gak gampang kasih pemahaman ini ke orang-orang.

Tapi paling tidak... saya berusaha kasih pemahaman sederhana bahwa inilah MICE dalam konteks yang paling mudah dimengerti...

tobecontinue...