Wednesday 8 April 2009

Ini juga salah gue kok!!!

Mungkin emosi gue saat ini lagi labil... Terlalu labil malah...

Terlalu banyak hal2 yang mengganggu pikiran gue, masalah kuliah, kerjaan, orang2 dari masa lalu, orang2 dimasa kini dan lainnya...

Ya... mungkin hari ini adalah akumulasi kepenatan gue, kekesalan gue...
Maka ketika ada hal kecil yang memancing gue untuk emosi, emosi gue jadi meluap-luap.

Gak... mereka gak salah, mereka hanya terseret dengan terpaksa dalam lingkaran setan yang lagi bikin otak gue stress... gue bold dan italic-in ya. Terseret dengan terpaksa.

Becandaannya Saga yang biasanya gue tanggapin dengan fun pun, tadi kerasa nyebelin banget... Padahal ada becandaan lain yang biasanya dia lakuin yang jauh lebih kurang sopan.
Tapi ya itu tadi, gue lagi berada dalam puncak kepenatan. Maka masalah kecilpun bisa jadi masalah besar...

Gue tiba-tiba merasa jenuh dengan kesabaran gue sendiri...
Gue tiba-tiba merasa sangat lelah untuk menghadapi orang2 dengan ego tinggi -yang ternyata ego gue jauh lebih tinggi-
Gue tiba-tiba merasa sangat terinjak-injak dengan segala macam tuduhan gagh beres yang gue sendiri gagh abis pikir kenapa harus gue yang kena? padahal gue gagh pernah terlibat apapun
Gue tiba-tiba merasa sangat tidak dihargai...

So... seperti itulah gue tadi saat emosinya meledak...

Maaf kalau hari ini ada orang2 tak bersalah yang kena semprot gue, yang kena marah-marah gue...
Maaf kalau hari ini tampang gue enggak ngenakin banget...
Maaf kalau hari ini gue enggak bisa ngendaliin emosi kayak biasanya...

Maaf... gue bener2 minta maaf...

Kepada Kamu Dengan Penuh Kebencian

Eehh.... gue baru aja baca post-nya Raditya Dika a.k.a si Kambing Jantan.. baguuus dehhh... baca ya!!!

Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian. (Raditya Dika)

Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.”

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…

aku takut sendirian.

*Tulisan ini terdapat dalam buku Kepada Cinta (Gagasmedia, 2009), buku kumpulan surat cinta dari berbagai macam penulis. Selain memuat 25 cinta para pemenang Sayembara Menulis Surat Cinta GagasMedia 2008, ada juga surat cinta dari Adhitya Mulya, Christian Simamora, Andi Eriawan, Ita Sembiring dan penulis lainnya. :D