Wednesday 9 April 2008

Kamis, 4 January 2007

Sobs... ini adalahlah tugas cerpen yang gue bikin. Judulnya Kamis, 4 January 2007.
Give Comment yaaa... thanksss
                                                    ***

Kamis, 4 January 2007


Seorang perempuan yang mengenakan seragam kepolisian itu menemukan sebuah diary ditempat kejadian pembunuhan pada sebuah keluarga. Ragu-ragu ia membuka diary yang memiliki sampul depan berwarna merah menyala tersebut.


***


Kamis, January 4, 2007

12:54


Dear...

Apa kabar dengan hari ini? Apa aku sudah cukup kuat untuk menuliskan semua yang ada dihati? Tentang kebohongan dan rasa sakit yang terus mendera? Mungkin tidak 100% aku siap dan kuat, tapi biar bagaimana pun pada akhirnya aku harus mengungkapkan itu semua.


Lelah. Jujur aku lelah, cape, muak, eneg, kesel, marah, benci, dan malah dendam dengan semua itu. Tapi aku bisa apa??? Paling aku hanya akan menangis lagi.


Mereka mungkin melihat aku sebagai sosok perempuan yang jayus, jaim walau kadang suka malu-maluin diri sendiri, sok tahu, gak consist, de-el-el tapi aku gak yakin kalau mereka semua tahu bahwa semua yang aku perlihatkan pada mereka itu cuma kepura-puraan, Itu hanya wajahku yang lain.


Lalu diriku yang sebenarnya??? Aku hanya perempuan yang memendam banyak sakit hati, trauma, dan rasa takut yang begitu besar. Aku berusaha untuk menyenangkan diriku sendiri, berusaha untuk menghibur kerapuhan hati ini… apa mereka tahu itu???


Aku sadar, aku harus bangkit dari rasa takut ini, dari trauma masa lalu, aku juga tahu kalau aku tidak bisa terus-terusan tenggelam dalam masalaluku yang menyakitkan. Aku tahu aku HARUS BANGKIT dan tersenyum, tersenyum tulus seperti 6 tahun lalu sebelum rasa sakit itu datang, sebelum kekecewaan itu terus menerus menghampiri, sebelum aku terlempar ke jurang bernama “KEBOHONGAN”.

Dimana Rana yang tegar ngadapin kesendiriannya di rumah??? Dimana Rana yang masih bisa tertawa padahal baru aja mendapat nilai jelek, dimana rasa nyaman itu???


Rasa nyaman itu telah hilang, lenyap, menguap seiring dengan semakin banyaknya rasa sakit yang aku dapat. Baik teman, maupun keluarga, mereka tidak pernah tahu ini semua. Mereka tetap berpikir bahwa aku adalah perempuan tangguh yang jarang mengeluh, perempuan yang hobby manjat-manjat, perempuan sanguinis sekaligus melankonis yang hiperaktif, perempuan sibuk.


Tunggu, tadi aku bilang apa? Sibuk? Ya... ya... KESIBUKAN. Ikut sana sini, ngerjain ini itu,bikin ini bikin itu, gabung klub A… klub B dll, sampai kadang aku tidak bisa konsen, focus pada 1 pekerjaan, semua aku kerjakan. Padahal aku sendiri tidak yakin apa aku bisa mengerjakan semuanya, padahal masih banyak kerjaan yang belum aku selesaikan, masih banyak pelajaran yang belum aku ngerti… why??? Kenapa aku harus ngerepotin diriku sendiri? Kenapa aku tidak berhenti buat cari kesibukan, kenapa aku tidak membiarkan otak dan tubuh ini beristirahat paling tidak buat 1 hari penuh??? Andai otak dan tubuhku bisa protes, aku yakin mereka akan berteriak-teriak memohon agar mereka dibiarkan untuk beristirahat.


Asal kalian tahu semua itu aku lakukan untuk bisa mengalihkan pikiranku dari semua rasa sakit yang datang seenak jidat ke dalam kehidupanku. Setidaknya saat aku sibuk aku tidak punya waktu untuk mengingat luka yang pernah datang itu, setidaknya aku stress bukan karena rasa sakit itu, tapi karena begitu banyak tugas yang belum aku selesaikan.


Lihat betapa PENGECUTnya aku ini!!! menghadapi dan menyelesakan rasa sakit itu aja aku gak bisa, malah mencari kesibukan untuk menghindarinya bukan menyelesaikannya.


Alhasil, aku dicap sebagai CEWEK GAK CONSIST, SOK TAU, SOK JAGO. Ya… predikat-predikat itu muncul seiring dengan kebiasaanku karena gak on-time, gak maksimal, gak bisa bagi waktu. Well, aku menerima semua itu, setidaknya memang seperti itulah aku, dan yang paling penting waktu untuk ingat rasa sakit itu bisa berkurang sampai hampir 95%.


6 tahun lalu saat aku masih SMP aku hanya punya masalah dengan teman-teman yang suka rese dan nyebelin, paling berat masalahku ya seputar kelelahan gue karena dibanding-bandingkan dengan kakakku. Tapi Alhamdulillah aku masih bisa survive masih bisa buktiin kalau aku punya kemampuan yang berbeda dengan kakakku. Dengan teman-temanpun aku masih bisa kasih pengertian kalau aku tidak suka kalau dijadiin bahan contekan, atau pelimpahan kewajiban, dan merekapun akhirnya bisa menerima.


Lalu saat aku mulai masuk SMA, awal yang indah untuk mengenal manakah sahabat yang sesungguhnya atau hanya sekedar memanfaatkan, awal yang indah untuk tahu siapa sebenarnya yang lebih berharga dimata orang tua, awal yang indah untuk mengenal apa bakatku sebenernya, awal yang indah untuk mengenal apa itu cinta??? Namun, saat SMA juga rasa sakit dan kecewa itu datang.


SMA, masa dimana aku merasa semakin tertekan dan dilema untuk memilih, disatu sisi aki ingin membuktikan bahwa aku jauh lebih hebat dari kakakku, setidaknya aku berusaha untuk membuktikan kalau aku punya kemampuan yang setara dengan Kakakku. Aku berusaha menunjukkan bakat apa yang aku punya dan mampu untuk aku kembangkan, bukan aku paksa-paksakan untuk dikembangkan. Namun disisi lain, pemikiranku tidak sepaham dengan orang tua, dan aku tidak terbiasa untuk membantah dan menolak apa kata mereka. Padahal bukankah yang menentukan masa depan kita adalah diri kita sendiri???


Sayang, dulu aku belum punya argumen yang kuat untuk mendukung bakat dan minat ku dibidang seni. Sayang, aku terlalu terobsesi untuk menyamai posisi kakakku dimata orang tua. Mereka menilai kegiatan aku dibidang seni teater dan seni rupa hanya sekedar kegiatan yang menghabiskan waktu dan uang tanpa jelas maksud dan tujuannya, mereka menganggap kalau organisasi yang aku ikuti hanya sekedar penyaluran hobby, dan akupun sukses untuk tidak mendapatkan dukungan dari mereka. Akupun semakin menganggap kalau mereka pilih kasih. Padahal dulu, waktu kakakku masih SMA, dia mau nge band, mau maen basket semua diizinin, ikut kompetisi di sana sini diizinin. Sedangkan aku??? Padahal aku kan tetap memprioritaskan sekolah dibanding ekskul.


Perlahan, air mataku kembali jatuh. Ada luka dan penyesalan yang ikut jatuh membasahi wajah serta hati ku. Aku cuma ingin menempuh hidupku apa adanya seperti apa yang aku mau, bukan yang mereka mau. Apa itu salah??? Aku cuma ingin mengejar impianku sebagai fashion designer, apa menjadi fashion designer adalah pekerjaan yang salah???


Aku lelah, lelah untuk hidup dibawah bayang-bayang kakakku, lelah untuk mendengar bahwa aku harus seperti dia. Aku cape!!! Titik jenuh itu sekarang sudah semakin dipuncak, dan aku dengan suksesnya memainkan peran orang yang bahagia. Padahal hatiku terluka sangat sakit dan ironisnya tidak ada yang berusaha untuk mengerti penderitaan ku itu… Luka… Luka… Luka…Luka Lagi


Tunggu… aku tahu bagaimana caranya agar mereka mengerti betapa lelahnya aku menghadapi mereka. Aku tahu... Sungguh aku tahu bagaimana caranya!!! Aku akan pergi dan menghukum mereka semua, aku akan menunjukkannya pada mereka. Maaf GOODBYE ALL!!!


***

Perempuan berseragam kepolisian tersebut menutup diary itu rapat-rapat, ia menatap seorang perempuan muda yang seluruh tubuhnya kini ditutupi kain putih. Perempuan muda yang baru saja membantai seluruh anggota keluarganya, perempuan muda yang juga tewas karena sebuah tembakan yang keluar dari pistol miliknya sendiri dan kini ia tahu alasaan mengapa perempuan itu tega menghabisi keluarganya. 

Kekecewaan yang sangat besar dan luka yang tidak pernah diobati.


                                                ***

dunt forget to give me comment for thiz story yagh,,,
doumo arigatou