Monday 10 October 2011

Padam

Aku pernah berharap, lukaku ikut terbawa pergi jauh saat hujan dengan senang hati membasahi ragaku.

Aku juga pernah berharap, amarahku bisa ikut terbakar ketika sinar uv di siang hari itu ikut membakar wajahku.

Dan tak sedikit aku pernah berharap, tetesan air mata ini bisa menghilangkan kegalauan dan kebimbangan hati.

Tapi aku salah, semua itu tak berguna.

Hujan tak sedikitpun membawa pergi lukaku. Mungkin karena aku lupa, saat hujan tlah reda, butiran air yang sempat menghapus luka itu mengalir menuju pipa2 pembuatan air mineral, dan lewat hitungan matematika yang tidak aku pahami, air itu pada akhirnya aku minum.

Dan luka? Kembali bersemayam.

Atau mungkin karena aku juga lupa, sinar uv yg kuharap membakar amarahku, tak pernah membakar habis rasa itu. Api+api hanya akan menghasilkan kebakaran hebat. Dan 2jenis api yang berbeda itu berhasil menciptakan api yang lebih besar.

Dan yang paling fatal adalah membiarkan kelenjar air mataku terus memproduksi tetesan berharga.
Sebuah air mata.
Berapa banyakpun aku menangisi itu, semua tak akan pernah sama.
Semua tak akan pernah berubah...
Sebuah kebodohan besar.

Dan pagi ini aku terjaga, kesekian kalinya mengadukan sesakku pada-Nya.
Berharap aku tak perlu lagi mengingat pita lama yang rusak karena terlalu sering aku putar dan ku mainkan.

Berharap di pagi ini aku bisa melangkahkan kaki dengan bahagia, tanpa beban, tanpa dendam?

Tuhan, pagi ini aku tak akan pernah bosan mengatakan, tiupkan angin itu padaku... Angin yang membuat marah, galau, sesak, kecewa, dan sedihku...

Padam..

Mampang,101011, 05:19am

No comments:

Post a Comment